Efesus 5:22-23
(22) Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, (23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh
Sebuah keluarga Kristen yang baik selaras dengan prinsip-prinsip alkitabiah dan merupakan keluarga dimana setiap anggota memahami dan memenuhi peran yang telah diberikan oleh Allah.
Keluarga bukanlah lembaga yang dirancang oleh manusia. Keluarga diciptakan oleh Allah supaya bermanfaat bagi manusia, dan manusia telah diberi tanggung-jawab atasnya. Unit keluarga alkitabiah yang paling sederhana beranggotakan satu pria, satu wanita – isteri – dan anak, baik yang dilahirkan maupun yang di adopsi.
Keluarga besar dapat melibatkan saudara kandung atau saudara ipar, kakek dan nenek, keponakan, saudara sepupu, paman dan bibi. Salah satu prinsip pokok dalam unit keluarga ialah komitmen yang ditetapkan Allah bagi setiap anggota keluarga untuk seumur hidup mereka. Sang suami dan istri bertanggung-jawab untuk menjaga kesatuannya, bahkan di tengah norma kebudayaan yang tidak mendukung.
Tentunya, syarat pertama bagi setiap anggota keluarga Kristen adalah bahwa mereka semua berupa orang Kristen, yakni memiliki hubungan sejati dengan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka.
Efesus 5:22-33 memberi pedoman bagi suami dan istri di dalam keluarga Kristen. Sang suami harus mengasihi istrinya sama seperti Kristus mengasihi gereja, dan sang istri harus menghormati suaminya dan secara sukarela tunduk terhadap kepemimpinannya di dalam keluarga. Peran kepemimpinan suami harus dimulai dari hubungan rohaninya secara pribadi dengan Allah, kemudian berlanjut pada pengajaran pada istri dan anak-anaknya berdasarkan Firman Tuhan.
Para ayah diperintah mengenai anaknya “didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4). Seorang ayah perlu memenuhi kebutuhan keluarganya. Jika tidak, ia “murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman” (1 Timotius 5:8).
Jadi, seorang pria yang tidak berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya tidak layak menjuluki dirinya Kristen. Ini bukan berarti bahwa seorang istri tidak boleh membantu memenuhi kebutuhan keluarga — Amsal 31 menunjukkan bagaimana seorang istri saleh dapat melakukannya — namun memenuhi kebutuhan keluarga bukanlah tanggung-jawab utamanya karena itu adalah tanggung-jawab sang suami.
Isteri adalah penolong bagi suami (Kejadian 2:18-20). Suami dan istri dalam pernikahan Kristen harus saling setia seumur hidup. Allah menyatakan nilai yang setara bagi pria dan wanita karena Ia telah menciptakan keduanya menurut gambar dan rupa-Nya.
Ini tidak berarti bahwa keduanya mempunyai peran yang sama dalam kehidupan. Secara umum, wanita lebih terampil dalam memelihara dan mengasuh anak kecil, sedangkan pria lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan dan melindungi keluarganya. Jadi, meskipun secara status mereka setara, namun mereka memainkan peran yang berbeda dalam keluarga Kristen.
Pernikahan Kristen, yang menjadi dasar dari keluarga Kristen, mengikuti pedoman alkitabiah dalam hal hubungan seks. Alkitab mengecam pandangan kebudayaan yang menghalalkan perceraian, hidup bersama sebelum menikah, dan pernikahan sesama jenis. Seksualitas yang diungkapkan sesuai standar yang alkitabiah adalah ekspresi kasih dan komitmen yang teramat indah. Di luar pernikahan, seks adalah dosa. Prinsip yang utama adalah kasih Kristus adalah dasar suami isteri dan keluarga Kristen.
Misi : Menerapkan kasih Kristus sebagai dasar kehidupan Kristen dan dalam relasi suami isteri
Doa : Ya TUHAN, kami mensyukuri kasih-Mu yang telah memberikan anugerah bagi kami untuk memiliki keluarga yang mengenal kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat hidup kami. Kami mau menerapkan kasih Kristus sebagai dasar kehidupan keluarga kami dan dalam relasi kami dalam keluarga sebagai suami isteri. Kami bawa doa ini dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.
Gambar/Ilustrasi:
Disusun oleh: Tim Task Force Doa & Konseling