Habakuk 2:1 TB
(1) Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku.
“Aku mau naik ke menara penjagaanku, dan menunggu apa yang hendak dikatakan Tuhan kepadaku, dan bagaimana jawaban-Nya atas keluhanku.”( Habakuk 2:1 )
Perhatikan hidup kita. Semua saat adalah saat yang penting.
– Frederick Buechner
Jujurlah terhadap diri sendiri. Kapan terakhir kali kita duduk dan hanya terlibat dalam percakapan nyata dengan seseorang, di mana kira sungguh-sungguh memperhatikan dan menjadi pendengar yang baik terhadap apa yang mereka bicarakan? Tidak ada perangkat apapun. Tidak ada TV. Tidak ada musik. Tidak ada handphone. Sangat jarang bukan?
Itulah sebabnya begitu sulit bagi kita untuk mendengarkan Tuhan.
Kalau kita baca dalam Habakuk 1, ia dengan berani bertanya kepada TUHAN tentang semua pertanyaan sulit yang ada dalam benaknya. Sangat sulit untuk mengasihi seseorang – sekalipun itu Pencipta alam semesta.
Jika kita menyimpan dendam dan menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Habakuk jelas-jelas mengasihi TUHAN , namun hal itu tidak menghalanginya untuk mengajukan tantangan dengan hormat kepada TUHAN untuk membantunya memahami perbedaan besar antara apa yang dia yakini dan kenyataan yang dia lihat di sekitarnya.
Setelah sang nabi selesai mengajukan pertanyaannya, dia tahu bahwa tiba saatnya untuk mendengarkan. Demikian pula dengan kita. Habakuk menulis, “Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara; aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku , dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku” (Habakuk 2:1).
Mari kita berdiri di tempat pengintaian dan menantikan apa yang akan Tuhan katakan kepada kita. Seringkali kita tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan kita karena kita tidak bersedia untuk berhenti dan menanti cukup lama sampai TUHAN menyatakan dirinya kepada kita.
Penulis Mazmur 46:10 mengutip: “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah.”
Perhatikan bahwa TUHAN tidak berkata: “Sibuklah, dan ketahuilah bahwa Akulah Allah.”
Dia berkata, “Diamlah.” Diam dan dengarkan.
Bagaimana kita bisa mendengarkan TUHAN ? Kita bisa membaca Firman-Nya dan membiarkan Roh-Nya menunjukkan kebenaran. TUHAN berbicara melalui keadaan di sekitar kita, jika kita mau berhenti cukup lama untuk merenungkannya.
TUHAN berbicara melalui orang lain, memberikan hikmat ilahi dari surga. Dan TUHAN bisa berbicara langsung kepada kita melalui Roh-Nya. Jika kita milik-Nya, luangkan waktu bersama-Nya, dan tenangkan diri kita di hadapan-Nya, maka kita akan belajar mengenal suara-Nya.
Misi: Tetaplah mendengarkan. TUHAN tetap memegang kita erat-erat dan membawa kita melewati pergumulan kita.
Doa: Tuhan, kami siap mendengarkan. Apa rencana-Mu untuk kehidupan kami. Kami bersyukur karena dalam setiap persoalan kami bertumbuh dan semakin mengenal kepada-Mu.