Oleh: Handi Irawan D – Ketua Umum MPK Indonesia
Hakim-hakim 4:4-5 “Pada waktu itu Debora, seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel. Ia biasa duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya”
Pelajaran Kitab Hakim-Hakim tidak pernah usang oleh waktu. Bila dijumlahkan waktu 12 Hakim memimpin dan seluruh waktu saat Israel mengalami penindasan adalah selama 410 tahun.
Debora adalah satu-satunya Hakim perempuan dari 12 Hakim Israel setelah generasi Yosua. Apa yang menarik dari hakim Debora yang arti namanya adalah lebah madu?
Debora menjadi Hakim tidak dimulai dengan kemenangan seperti Otniel, Ehud atau Gideon. Akan tetapi dia berhasil menjadi hakim yang melayani dengan setia dan penuh hikmat, di era di mana laki-laki lebih dominan dan perempuan tidak dihitung dalam sensus. Bahkan pohon korma dimana dia duduk dibawahnya, diberi nama pohon korma Debora. Semua ini menunjukkan bahwa dia mendapat respek dan penghormatan dari bangsanya dalam menjalankan pelayanannya sebagai respons dari panggilan Tuhan, di tengah kelemahannya sebagai perempuan.
Debora adalah contoh sebuah hati yang penuh dengan Compassion. Sebuah hati yang Tuhan gerakkan untuk menolong orang lain karena belas kasihan melihat orang lain yang terlantar dan seperti domba yang tidak bergembala. Sikap hati seperti ini yang diperlukan, di tengah keterbatasan yang kita miliki.
Bersyukur, Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia ( MPK) telah meletakkan 3 Nilai MPK sebagai landasan pelayanan di tahun 2024 – 2030, yaitu COMPASSION, COLLABORATION & CREATIVITY (3C).
Sebagai Ketua Umum MPK Indonesia, saya meyakini Compassion inilah yang dapat menjadi fondasi utama dalam pelayanan dengan seluruh Pengurus MPK yang berjumlah 63 pengurus dan 400 lebih pengurus MPKW seluruh Indonesia. Compassion inilah yang membangkitkan semangat kita untuk melayani terlepas dari semua kelemahan kita. Kisah Debora menunjukkan bahwa Tuhan bisa menggunakan siapa saja untuk melayani Dia. Jabatan di MPK bukan dicari atau kita kejar, tetapi Tuhan yang memanggil dan memberikan, untuk kita kerjakan dengan penuh Compassion.
Hakim-hakim 4:6,8 “Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali, lalu berkata kepadanya: “Bukankah TUHAN, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon bersama-sama dengan engkau, Jawab Barak kepada Debora: “Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju.”
Ayat selanjutnya menunjukkan bahwa Debora, sang Hakim wanita pemberani ini, mengajak Barak dari suku Naftali memimpin peperangan. Kita bisa melihat bahwa dalam peperangan, dibutuhkan kolaborasi. Debora membutuhkan Barak untuk memimpin pasukan dengan strategi yang tepat, tetapi yang terutama adalah adanya tuntunan/pimpinan Tuhan.
MPK Indonesia sangat perlu untuk melakukan kolaborasi, baik secara internal antar pengurus MPK/MPKW, maupun kolaborasi secara eksternal. Upaya untuk mewujudkan transformasi pada sekolah Kristen yang sedang Terpuruk, Tertinggal dan Terlupakan (3T) sangat membutuhkan sumber daya yang besar. Dengan kolaborasi, kita menyatukan berbagai talenta yang Tuhan berikan. Tetapi pada akhirnya, Tuhan sendirilah yang akan membantu mewujudkan transformasi ini. Sama seperti kemenangan Debora dan Barak, Tuhan yang mengacaukan pasukan Sisera, panglima dari raja Yabin dengan 900 kereta besinya. Bukan karena kekuatan dari 10.000 pasukan dari Barak, tapi Tuhan yang memberikan kemenangan.
Ayat 8 ini sebuah ayat yang sangat mungkin memiliki 2 penafsiran. Barak mungkin sadar bahwa dia membutuhkan Debora karena dia yang dipilih Tuhan sebagai Nabi dan Hakim. Di sisi lain, mungkin juga menunjukkan bahwa Barak kurang beriman dan menggantungkan keberhasilan di tangan Debora sehingga kehormatan diberikan kepada Yael, perempuan suku Keni.
Hakim-hakim 4:9 Kata Debora: “Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.”
Ini juga mengajarkan kepada kita bahwa dalam setiap kolaborasi yang MPK Indonesia lakukan, kita harus tetap bersandar sepenuhnya akan kedaulatan Tuhan untuk memimpin, bukan menggantungkan kehebatan dari pengurus lain atau dari mitra-mitra MPK. Semua kemulian hanya milik Tuhan yang berdaulat atas hidup kita dan dunia pendikan yang kita layani.
Cara Tuhan untuk memberikan kemenangan juga seringkali melalui proses dengan penyusunan strategi dan kreativitas. Pasukan Israel diminta untuk berkumpul di gunung Tabor yang merupakan perbatasan dari suku Naftali dan Zebulon. Ini adalah tempat yang tinggi dan memudahkan pasukan Israel untuk melihat pasukan Sisera. Pasukan Israel akhirnya bisa melihat jelas pasukan musuh di bawah yang kacau karena keretanya tidak jalan akibat luapan sungai Kison yang dibuat Tuhan.
Kisah peperangan ini ditutup dengan kematian panglima Sisera. Dia mati di tangan dan di dalam kemah Yael, perempuan dari suku Keni, sebuah suku yang bukan bagian dari suku Israel. Ada hal yang menarik dari suku ini.
Suku Keni pernah membantu Musa cara berkemah saat keluar dari Mesir. Yitro (mertua Musa) yang menasihati Musa untuk menjadi pemimpin yang bisa berbagi kewenangan, adalah dari suku Keni. Setelah ratusan tahun berlalu, Tuhan memberikan kehormatan kemenangan untuk suku Keni.
Sisera mati di tangan Yael yang menggunakan patok yang sangat mungkin terbuat dari logam, di mana suku Keni menurut catatan sejarah, memang memiliki keahlian/teknologi dalam hal metalurgi. Desain kreatif kemenangan atas Sisera melibatkan keahlian/kapasitas dari suku asal Yael (suku Keni). Teknologi yang terus menerus mereka asah untuk menopang kemah yang menjadi kebutuhan utama mereka sebagai suku yang nomaden.
Jadi, bisa kita tarik kesimpulan, bahwa kreativitas yang dibutuhkan untuk mewujudkan solusi dalam sebuah pelayanan, seringkali tidak jauh dari kemampuan dan talenta yang Tuhan berikan dan yang terus kita asah. Saya mengajak untuk segenap Pengurus MPK dan MPKW untuk tekun mengasah talenta kita agar solusi untuk pendidikan sekolah Kristen bisa kita wujudkan dengan Inovasi dan Kreativitas.
Mari, rekan-rekan MPK Indonesia & MPKW terkasih, bersama-sama kita memasuki tahun 2025 dengan semangat pelayanan yang baru. Kita mohon diberi hati yang penuh Compassion, berupaya mencari strategi Collaboration yang efektif dan merumuskan serta mengeksekusi solusi terhadap permasalahan dengan Creativity yang sesuai talenta kita. Yang utama, mohon campur tangan dan pimpinan Tuhan. To God be the Glory.🙏
Jakarta, 31 Desember 2024
HID , Rekan Perjalanan Pengurus MPK/MPKW Indonesia