📖Mazmur 77:13 (TB)
Ya Allah, jalanMu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami?
Pernahkah kita berdoa namun kita merasa Tuhan tidak mendengar dan tidak menjawabnya? Kita sedang berduka, menderita dan merasa sendirian. Kita bahkan tidak bisa tidur karena gelisah dan cemas.
Kita mengharapkan penghiburan, namun tidak mendapatkannya. Apakah dalam kondisi seperti itu kita akan mengasihani diri sendiri?
Asaf, sang pemazmur, pernah mengalami masa-masa di titik terendah dalam hidupnya. Dalam pergumulan seperti itu, ia mendorong umat Tuhan untuk curhat dengan jujur. Namun curhat itu tidak hanya berakhir dengan sekedar curhat.
Sangat penting untuk kita flashback ke belakang untuk mengenang karya Allah yang besar dalam kehidupan kita. Asaf mengajak umat Israel untuk mengingat karya penyelamatan Allah yang membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir.
Kita harus tetap yakin, bahwa waktu Tuhan adalah waktu yang terbaik. Rancangan Tuhan itu sempurna.Tidak ada seorangpun atau sesuatupun yang dapat menggagalkannya.
PerjanjianNya kepada umatNya pasti digenapi turun temurun. Curhatan kita tidak boleh berahir dengan rasa makin mengasihani diri sendiri atau membandingkan kondisi kita dengan orang lain.
Dalam duka dan airmata, kita masih bisa tetap bersyukur karena beriman kepada Allah yang heran dan besar. Meskipun saat kita berdoa, kita belum menyaksikan pertolongan Tuhan.
Namun pada saatnya ketika kita menoleh ke belakang, kita bisa berkata seperti pemazmur. Di lembah kekelaman sekalipun, Allah kita yang heran dan besar itu tetap menuntun umatNya seperti seorang gembala yang menggembalakan kawanan dombaNya.
Renungkan bagaimana Tuhan menghibur dan menguatkan kita di titik nadir kita.
Misi: Percaya kepada Allah yang Besar.
Doa: Ya Bapa, Kami bersyukur memiliki Allah yang besar. Yang selalu hadir dalam setiap Kehidupan kami.