Location, Jakarta,Indonesia
(021) 29022086

Kecerdasan Buatan dalam Tinjauan Antropologi Kristen: Sebuah Refleksi

KecerdasanBuatandalamTinjauanAntropologiKristenSebuahRefleksi1
KecerdasanBuatandalamTinjauanAntropologiKristenSebuahRefleksi2
KecerdasanBuatandalamTinjauanAntropologiKristenSebuahRefleksi4
KecerdasanBuatandalamTinjauanAntropologiKristenSebuahRefleksi5
KecerdasanBuatandalamTinjauanAntropologiKristenSebuahRefleksi3
previous arrow
next arrow

Majelis Pendidikan Kristen Indonesia telah mengadakan webinar pada tanggal 23 April 2024, bekerja sama dengan Accelist Edukasi Indonesia. Webinar yang diikuti oleh 524 Peserta ini membahas topik yang sangat relevan dalam era teknologi saat ini: Artificial Intelligence (AI). Salah satu poin menarik dalam acara tersebut adalah paparan oleh Markus Fresnel, M.M., C.T., yang membahas paper berjudul “Chat GPT: Ciptaan Manusia yang Mengalahkan Manusia Ciptaan Allah?” karya Matius Kelvin, seorang mahasiswa dari Sekolah Tinggi Teologi Bandung.

Paparan tersebut menyoroti kemampuan luar biasa dari ChatGPT dalam memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pengguna, bahkan dalam konteks informasi medis yang kompleks. Penelitian oleh Tiffany H. Kung, dkk. pada tahun 2023 menunjukkan bahwa hasil yang diberikan oleh ChatGPT bahkan melampaui batas nilai kelulusan dari United States Medical Licensing Exam (USMLE), sebuah pencapaian yang memukau.

Namun, paparan ini juga mengangkat pertanyaan yang mendalam tentang peran manusia dan teknologi dalam kerangka kepercayaan Kristen. Apakah kecerdasan buatan yang diciptakan manusia dapat mengalahkan manusia sebagai ciptaan Tuhan? Apakah penggunaan AI merupakan dosa? Pertanyaan-pertanyaan ini menantang kita untuk mempertimbangkan hubungan antara ciptaan dan dosa, serta potensi baik dan buruk dari teknologi.

Dalam sudut pandang antropologi Kristen, kita memahami bahwa meskipun kejatuhan manusia telah mengotori ciptaan, kebaikan dari segala ciptaan masih ada. Sebagaimana yang dinyatakan dalam 1 Timotius 4:4-5, “Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa.” Oleh karena itu, penggunaan teknologi AI seperti ChatGPT tidak dapat dianggap sebagai dosa, selama digunakan untuk tujuan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Selain itu, penggunaan AI juga membawa dampak dalam dunia kerja. Teknologi telah menggantikan beberapa jenis pekerjaan manusia, namun sekaligus menciptakan pekerjaan baru. Hal ini memperlihatkan bahwa AI bukanlah musuh manusia, melainkan mitra yang dapat meningkatkan efisiensi dan kesejahteraan manusia.

Topik kedua dalam acara tersebut membahas peran AI dalam pendidikan, dipresentasikan oleh Tie Tieantono. Meskipun terdapat kekhawatiran akan potensi penyalahgunaan AI dalam kecurangan akademik, penggunaan AI dalam pendidikan juga menawarkan peluang besar dalam menciptakan pengalaman belajar yang dipersonalisasi dan efisien. Teknologi AI dapat berperan sebagai pelatih satu-ke-satu, memberikan umpan balik dan dukungan instan secara real-time, serta menciptakan lingkungan belajar yang inklusif bagi semua siswa.

Namun, tantangan dalam adopsi AI juga harus diatasi, termasuk keengganan dalam mencari bantuan dan penanganan integritas akademik. Penting bagi kita untuk memahami bahwa AI adalah alat yang dapat meningkatkan proses belajar-mengajar, bukan pengganti dari peran guru manusia. Kombinasi antara kecerdasan manusia dan kecerdasan buatan menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis dan inklusif.

Sebagai penutup, webinar ini memberikan kita kesempatan untuk merenungkan peran AI dalam konteks kepercayaan Kristen dan pendidikan. Sementara teknologi terus berkembang, penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan nilai-nilai manusiawi yang mendasar. Dengan memahami potensi dan tantangan AI, kita dapat mengintegrasikan teknologi ini secara bijaksana dalam kehidupan kita sehari-hari, demi mewujudkan kemajuan yang berkelanjutan dalam berbagai aspek kehidupan.

One Response

  1. Darman Purba says:

    ChatGPT bisa banyak manfaatnya, di antara (masih banyak) kekurangan yang dimilikinya. Saya tidak tahu apakah kekurangan itu juga dijumpai di ChatGPT 4; Contoh sederhana dalam menyelesaikan persamaan aljabar:
    x + y − z = 0,
    2x − y + z = 1,
    x + 3y + z = 8;
    Dia tidak bisa menjawab dengan benar;

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *