đź“–Filipi 4:8
Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Apa yang memenuhi benak kita di kala senggang saat merebahkan kepala di bantal tiap malam, waktu bangun pagi, saat pikiran kita melayang selagi mengemudi? Seringkali, lamunan mencerminkan prioritas utama atau kekhawatiran kita yang terdalam. Kecuali segala sesuatu berjalan mulus dalam hidup ini, pikiran kita pasti didera kecemasan.
Bagaimana jika kita memilih untuk berdiam dalam Hadirat Allah di hati kita saat itu? Bagaimana jika kita memusatkan pikiran pada-Nya, berkat-Nya, rencana Kerajaan-Nya, dan segudang cara untuk menikmati Dia setiap waktu? Bagaimana jika kita mengubah lamunan itu menjadi pengalaman berelasi dengan Allah tidak perlu berupa percakapan berat yang mendalam, sekalipun itu dibutuhkan di kala tertentu namun percakapan ringan tentang kebaikan dan kasih-Nya?
Hubungan terasa paling nikmat saat kedua belah pihak berbagi impian, membicarakan kegemaran bersama, dan saling mengungkapkan kekaguman terhadap kelebihan masing-masing. Dan sekalipun kita seringkali bicara tentang relasi dengan Allah, sebagian besar dari kita jarang memiliki jenis percakapan semacam ini dengan-Nya. Seringkali, relasi tersebut tidak memenuhi persyaratan hubungan dekat yang paling familiar dan mesra.
Perenungan semacam ini dapat mengubah kehidupan kita dengan drastis, bahkan mengatasi berbagai kekhawatiran secara lebih efektif dibandingkan kecemasan. Pikiran campur aduk dan rasa was-was yang seringkali bergolak dalam batin kita tidak menghasilkan apa-apa, berbeda dengan relasi erat dengan Allah. Bila dipupuk dengan baik, Hadirat-Nya dalam kita mampu menyelesaikan jauh lebih banyak hal melalui pengaruh tak langsung, dibandingkan apa yang dapat kita hasilkan secara langsung lewat tindakan berencana, bertaktik, dan berharap-harap cemas.
Pemikiran kita dapat menjadi beban berat, namun persekutuan dengan-Nya mendatangkan kehidupan.
Misi: Memusatkan pikiran pada Tuhan dan percaya akan kuasa Tuhan.
Doa: Ya Bapa, kupusatkan pikiranku pada-Mu pada kebaikan, kasih, kerajaan, dan jalan-Mu. Hari ini, aku memilih untuk tidak terfokus pada apa yang tampak sebagai prioritas utama, namun pada prioritas utamaku yang sejati yaitu Engkau, TUHAN. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.