đŸ“– Matius 13: 54
Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu?
Banyak orang meremehkan hal-hal kecil atau orang kecil. Karena itu, banyak orang senang untuk menulis atau disapa namanya dengan rangkaian gelar yang ia miliki. Orang berpikir bahwa dengan banyak gelar yang dimiliki seseorang, maka hebatlah orang itu.
Kenyataannya, tidak semua orang bergelar adalah orang hebat dan tidak semua orang hebat adalah orang bergelar. Yesus, ketika tampil di depan orang banyak yang mengenal-Nya sejak kecil, mengalami pengalaman diremehkan. Orang-orang di kampung-Nya, yang sebenarnya takjub dengan ajaran yang disampaikan-Nya, kurang dapat mempercayai-Nya semata-mata karena mempertanyakan dari mana semua hal itu diperoleh-Nya.
Karena mereka mengenal Dia sejak masa kecil hingga beberapa waktu sebelum Yesus tampil kembali di desa-Nya. Kita banyak belajar dari Yesus untuk menghargai pekerjaan-pekerjaan rutin dan sederhana dan tekun melaksanakannya dalam semangat rendah hati.
Prinsip atau hukum mengajar yang efektif adalah mengajar dari kelimpahan hidup. Prinsip ini sangat jelas ada dalam diri Tuhan Yesus. Bagian firman Tuhan yang kita baca di atas mengkonfirmasi akan hal ini. Hampir setiap kali Tuhan Yesus mengajar, banyak pendengar menjadi takjub dan ada juga yang berkata bahwa tidak ada nabi atau guru yang mengajar seperti Dia.
Lebih jelas lagi kalau kita meyakini bahwa Dia Allah, yang salah satu sifat atau karakter-Nya adalah Maha Tahu. Orang yang datang kepada-Nya untuk bertanya, sering memanggil Dia dengan guru atau rabi, yang menunjukkan bahwa Tuhan Yesus layak disebut guru.
Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” Apalagi kalau kita melihat isi pengajaran-Nya, yang adalah Firman. Firman yang memiliki kuasa untuk mengubah kehidupan manusia. Firman yang berkuasa: menuntun, menghibur, menguatkan dan lain sebagainya.
Yesus sebagai Guru dan kita sebagai murid. Ini relasi yang tidak bisa terbalik dan mutlak terjadi dalam hidup kita sebagai murid Yesus. Kita mengajar dan dicatat dalam Alkitab, tinggal kita belajar terus dari bahan yang ada.
Yakinkah, Dia Guru Agung serta Allah Yang Maha Tahu yang layak didengar dan ditaati dalam hidup kita? Maukah kita sebagai seorang Kristen atau seorang murid, mau belajar terus-menerus selama hidup kita bersama Dia?
Yesus Sang Guru Agung itu telah mengajar dari kepenuhan hidup-Nya, dan seorang murid semestinya belajar terus serta mentaati yang diajarkan gurunya. Sehingga murid itu terus bertumbuh, bukan hanya dari apa yang dia tahu, tapi bertumbuh terus kearah serupa dengan Kristus.
Dan perlu kita ingat peribahasa yang mengatakan bahwa belajar itu seumur hidup. Jadi, sebagai seorang murid, kita harus belajar terus-menerus seumur hidup kita. Apakah kita seorang murid Kristus?
Misi: Menjadi murid Kristus yang memiliki hati seorang murid.
Doa: Ya Allah, ajarilah kami untuk menghargai tugas-tugas sederhana dan setia melaksanakan dengan kerendahan hati. Amin.
Gambar/Ilustrasi:
Disusun oleh: Tim Task Force Doa & Konseling