Location, Jakarta,Indonesia
(021) 29022086

Everyday Blessing: GOD’S GRACE (KASIH KARUNIA ALLAH)

📖 1 Korintus 15:10
(10) Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.

1 Korintus 15 membahas tentang kebangkitan Kristus dari antara orang mati diteguhkan melalui kitab suci (15:3-4), para saksi mata (15:5-6), dan transformasi hidup dari saksi-saksi tersebut (15:7-8). Salah satu saksi mata yang mengalami perubahan hidup adalah Paulus sendiri. Teks yang akan kita kupas hari ini menerangkan lebih jauh tentang kasih karunia Allah.

Walaupun bagian ini bertutur tentang kehidupan Paulus, para pembaca tidak akan keliru satu hal: aktor utama tetaplah Allah. Kata “kasih karunia” (charis) muncul tiga kali di ayat 10. Bagian akhir ayat ini “tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” benar-benar tidak memberi ruang sedikit pun untuk membanggakan Paulus.

Melalui teks ini Paulus ingin mengajarkan bahwa kasih karunia Allah bukan hanya tidak boleh dilupakan, melainkan juga harus diletakkan di depan. Ketika kesaksian hidup kita memberi kesan lebih kuat kepada orang lain tentang betapa hebatnya kepandaian dan perjuangan kita, kesaksian itu telah merampas posisi kasih karunia. Kesan terdalam yang seharusnya menancap pada pikiran orang lain adalah tentang kehebatan Allah dalam mengasihi kita.

Banyak orang memahami kasih karunia hanya sebatas pemberian dari Allah. Anugerah adalah apa yang diberikan oleh Allah. Pemahaman seperti ini memberi kesan pasif pada kasih karunia. Kasih karunia adalah objek yang diberikan.

Tidak demikian halnya dengan Paulus. Di mata Paulus, kasih karunia Allah tampak lebih aktif. Kasih karunia adalah sarana perubahan Kasih karunia yang melakukan sesuatu melalui Paulus (“tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku”).

Jika seseorang memahami kasih karunia secara terbatas – hanya sebagai sesuatu yang pasif – ia mungkin akan berpikir bahwa kasih karunia Allah dapat ditolak atau dibatalkan oleh manusia. Kasih karunia hanya dinilai sebagai sebuah tawaran atau pilihan. Semua bergantung pada manusia, entah ia bersedia menerima atau menolak tawaran ilahi itu. Konsep semacam ini tidak ada dalam pikiran Paulus.

Kasih karunia bersifat menentukan. Ia mengatakan bahwa kasih karunia Allah kepadanya tidak sia-sia. Allah memastikan bahwa kasih karunia-Nya akan sampai pada tujuan. Pilihan ilahi yang Allah sudah tetapkan bagi Paulus sejak ia dalam kandungan (Gal 1:15) pada akhirnya digenapi.

Dalam kasus pertobatan dan pelayanan Paulus, kasih karunia itu bahkan datang pada saat yang tidak disangka-sangka. Di mata Paulus, kedatangan kasih karunia tersebut malah terlalu cepat, yang digambarkan dengan kelahiran seorang bayi prematur (ayat 8). Semua terjadi seperti yang direncanakan oleh Allah.

Hal ini tentu saja tidak berarti bahwa kasih karunia bekerja menabrak kehendak seseorang. Kasih karunia justru memampukan seseoran secara sukarela. Di sinilah kehendak bebas manusia diselaraskan dengan kehendak kekal dan berdaulat milik Allah.

Misi: Bersyukur atas kasih karunia Allah dalam hidup yang memberikan keselamatan dan jaminan hidup kekal.

Doa: Ya Tuhan, terima kasih untuk kasih karunia yang dianugerahkan kepada kami. Kami mau memuliakan Tuhan dalam hidup kami. karena kasih karunia Allah kami adalah sebagaimana kami ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepada kami tidak sia-sia sebab kasih karunia Allah yang menyertai kami. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Gambar/Ilustrasi:

Disusun oleh: Tim Task Force Doa &  Konseling

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *