Location, Jakarta,Indonesia
(021) 29022086

Everyday Blessing: LIFETIME (MASA HIDUP)

Mazmur 90:9-10
“Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas-Mu, kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh. Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.”

Hidup ini dalam semua pencapaiannya, harus merupakan suatu Pelayanan yang Setia bagi Allah, yaitu mengetahui apa yang Allah kehendaki dari hidup kita, bagi-Nya, bagi diri kita, bagi Keluarga dan Gereja Tuhan dan Masyarakat kita.  

Jika untuk hal-hal yang fana saja kita merencanakan dengan baik, betapa terlebih lagi dengan nasib kekal kita. Kita perlu belajar dari Allah yang Kekal. Bukan belajar teknik baru tentang Waktu atau Pengelolaan Waktu. Tapi kita harus belajar tentang Pengelolaan Hidup.

Dari nas hari ini ada beberapa hal yang perlu kita ketahui berkaitan dengan penggunaan waktu yang Tuhan berikan, di antaranya:

Pertama, kita selalu disadarkan bahwa betapa sedikitnya dan terbatasnya hari-hari hidup kita di bumi ini.

Mazmur 90:10  Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.

Ada sebuah kenyataan yang perlu kita pahami mengenai waktu hidup manusia di bumi ini dan bagaimana menanggapi pengertian bahwa hidup ini sangat singkat dan sementara. Manusia biasanya tidak pernah sadar bahwa waktunya terbatas sampai suatu saat dimana sudah tidak ada kesempatan lagi, barulah dia sadar bahwa waktunya terbatas.

Manusia jarang merasa bahwa waktunya terbatas saat dia dalam keadaan sehat-sehat. Tetapi ketika sakit keras dan tidak ada obatnya lagi, pada saat itu barulah sadar kalau waktu yang ia miliki sangat terbatas. 

Periode empat puluh tahun kedua Musa diisi oleh perkara-perkara yang biasa dan sangat menjemukan. Tidak ada hal-hal yang menggairahkan selain diisi oleh hari-hari menggembalakan kambing domba mertuanya.

Itulah sebabnya, Musa berdoa agar hidupnya diisi oleh perkara-perkara ilahi yang dari Tuhan, karena ia kuatir kondisi tubuhnya selepas usia tujuh puluh tahun akan diwarnai oleh penderitaan demi penderitaan. Dia rindu hidupnya menjadi sesuatu yang sangat berarti di tangan Tuhan, dan doa Musa terjawab. Tepat di usia ke delapan puluh, Tuhan memanggilnya lewat peristiwa semak belukar yang menyala dan sejak saat itu Tuhan mengutus Musa pergi ke Mesir untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. 

Kedua, evaluasilah hidup yang sudah kita jalani selama ini.

Yesus mati di atas kayu salib untuk menebus dosa kita. Saat ini kita sudah bukan milik siapa-siapa lagi, tetapi milik Yesus Kristus, karena Ia sudah membelinya dan harganya sudah lunas dibayar. Harga yang sudah lunas dibayar itu bukan hanya harga untuk tubuh kita saja, tetapi termasuk juga di dalamnya “waktu” kita.

Sebelumnya kita memang memiliki waktu-waktu yang sudah kita jalani secara sia-sia. Namun, ketika kita ditebus, maka waktu itu menjadi milik Tuhan. Dengan waktu yang sudah menjadi milik Tuhan tersebut, maka waktu yang tersisa otomatis harus kita gunakan untuk hal-hal tentang Kristus.

Sekarang, bagaimana dengan waktu sia-sia yang sudah kita gunakan jauh sebelum Kristus menebus kita? Itulah waktu-waktu yang harus kita tebus. Dengan apa kita menebusnya? Sama seperti yang dilakukan oleh Musa. Ia meminta kepada Tuhan agar ia dapat dipakai sebagai alat untuk melakukan hal-hal yang dikehendaki Tuhan. Karena itu, mari pegunakanlah semua waktu hidup kita dengan bijaksana untuk memuliakan TUHAN.

Misi: Menjalani masa hidup dengan berarti

Doa: Ya Tuhan, kami mohon kepada-Mu agar kami dapat dipakai sebagai alat-Mu untuk melakukan apa yang Engkau kehendaki. Tolong kami pegunakanlah waktu hidup kami dengan bijaksana untuk memuliakan Engkau TUHAN. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Gambar/ilustrasi/cover:

Disusun oleh: Tim Task Force Doa &  Konseling

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *