đź“–Matius 25:34
(31) “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
Setia sampai akhir hidup itulah yang setiap kita orang percaya rindukan dan menjadi perjuangan iman kita seumur hidup.
Bunda Teresa dalam sebuah wawancara di tahun 1974 di Calcuta berkata, “I see God in every human being. When I wash the leper’s wounds, I feel I am nursing the Lord himself. Is it not a beautiful experience?“ Aku melihat Tuhan pada diri setiap umat manusia. Ketika aku membasuh luka-luka orang yang sakit kusta, aku merasa sedang merawat Tuhan Yesus sendiri. Tidakkah ini sebuah pengalaman yang indah?
Pengalaman iman yang indah bersama Tuhan, tidak sekadar dijumpai oleh Bunda Teresa ketika beribadah ataupun memanjatkan doa-doa kepada Tuhan, melainkan ketika ia bisa menjumpai Tuhan dalam bela rasanya terhadap mereka yang menderita.
Tampak jelas perkataan Bunda Teresa ini mewujudkan penghayatan imannya terhadap sabda Yesus pada perikop Injil ini.
Dalam sabda Yesus ini, ada pemisahan di antara bangsa-bangsa yang berkumpul di hadapan-Nya.
Pemisahan seorang dari yang lainnya dengan memakai gambaran seperti seorang gembala memisahkan domba dengan kambing.
Domba-domba di sebelah kanan, kambing-kambing di sebelah kiri. Mengacu pada kebiasaan gembala waktu itu, yakni di malam hari yang dingin, domba-domba yang berbulu hangat akan dipisahkan dari kambing-kambing yang memerlukan bagian kandang yang lebih panas.
Berdasarkan ukuran/kriteria apakah seseorang dipisahkan sebagai domba atau kambing?
Kriteria pemisahan tampaknya menegaskan apa yang sebelumnya juga sudah disampaikan Yesus.
“Celakalah kamu…sebab kamu memberi persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan…(Mat. 23:23); “Yang Kuhendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan…” (Mat. 12:7; Mat.9:13).
Kriteria pemisahan yang dipakai adalah belas kasih pada sesama yang menderita. Mereka yang memiliki dan mewujudkan belas kasih pada sesama yang menderita: yang lapar, haus, dan sakit merupakan orang-orang yang dikasihi Tuhan.
Di dalam tindakan kita menyatakan belas kasih pada sesama yang menderita, di situlah kita juga memuliakan Tuhan. Bukan hanya pada saat kita ibadah dan doa kita memuliakan Tuhan. Belas kasih yang diwujudkan dalam hidup kita semestinya melampaui ritualisme ibadah dan doa yang dinyatakan untuk memuliakan Tuhan.
Misi: Kita dipanggil untuk setia sampai akhir, berarti kita tetap diajak untuk mewujudkan belas kasih kita terhadap sesama hingga akhir kehidupan kita.
Doa: Ya Bapa, tolong kami untuk setia sampai akhir. Menjadi orang yang diberkati oleh Bapa. Menerima Kerajaan yang telah disediakan bagi kami sejak dunia dijadikan. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
Gambar/Ilustrasi:
Disusun oleh: Tim Task Force Doa & Konseling